. My Simple Life: Tentangnya ... Shugo Chara - Ran's Egg

Pages

Selasa, 07 Juni 2011

Tentangnya ...

Tentangnya

Sedih dan terpuruk. Mungkin kalian pikir hal itu menyedihkan. Atau pun berlebih lebihan. Namun, inilah kenyataan. Inilah yg kini kembali mendera diriku. Terpuruk dalam kesedihan.

Ah, membicarakan kedua hal buruk tersebut, kembali mengulang ingatanku akan Dia. Mengingatkan kembali akan kenangan kenangan yang pernah kita lewati.

Semuanya. Semua kebahagiaan kala itu. Semua telah berbekas di relung hatiku yang terdalam. Dan semua luka itu. Semua luka yang jua telah kau torehkan di hatiku. Begitu menyayat. Begitu menyakitkan, dimana kala itu kau dengan teganya menyakitiku. Begitu menyisakan sebuah luka yang besar. Yang mungkin tak akan pernah hilang dr dalam hatiku

Tak tahukah bagaimana sakitnya aku kala kau dengan teganya menyakitiku? Tak tahukah kau bagaimana perihnya hatiku? Tanpa rasa bersalahpun kau melakukannya. Sungguh, aku saat ini masih tak bisa melupakanmu. Semua sakit itu, seakan tertutup oleh bunga bunga kebahagiaan yang pernah kita lalui bersama.

Sesal? Ah tentu tidak. Kau orang yg terbaik yang -pernah- datang di hidupku. Kau salah satu orang yang berharga di hidupku -tentu setelah Tuhan dan keluarga- . Di saat suka dan duka. Kau yang mengenalkanku tentang arti cinta sesungguhnya. Dan kau pula lah yang mengenalkanku akan rasa sakit hati. Yang sesungguhnya sakit ini kau persembahkan hanya untukku. Ah

Entah mengapa, rasa ini tak pernah mau hilang. Rasa yang tanpa malu dan tanpa permisi telah merasuk dan menancap dalam-dalam pada diriku. Sayang. Cinta. Peduli. Semuanya telah aku berikan padamu. Namun, sungguh miris. Kau membalasnya dengan rasa sakit yang mendalam ini. Rasa yang tak segan-segan mampir dalam jiwaku. Dan mengobrak abrik hatiku. Berlebihan? Ah ya menurut kalian! Namun inilah keadaanku sebenarnya.

Kamu. Ya, terbayang kembali akan gambar wajahmu. Kamu lah satu-satunya. Kamu lah yang dengan sengaja mencuri hatiku. Lalu, kau robek hatiku. Kau rebut serpihan kebahagiaan yg dulu pernah kita raih bersama, yg pernah kita rasakan bersama. Ya, sekilas seperti cerita Harry Potter, dimana sang Dementor menghisap hampir dari seluruh kebahagiaan Harry. Namun, tidak dengan Dia. Dia tidak sepenuhnya menghisap seluruh kebahagiaanku. Ia hanya menghisap memori-memori indah saat bersamanya. Dan hanya disisakanlah seberkas luka ini yang sengaja kau kembangkan. Hingga sekarang, sisa-sisa kepingan hatiku itu belum juga kamu kembalikan. Dan juga tak kamu jaga dengan sebaik-baiknya. Ah, se-tidakpeduli itukah kamu ? Sudah hilang benarkah rasa itu dari dalam hatimu ? Ya, mungkin ! Pikirku sarkatis

Ah, sudah terlalu sakit rasanya. Aku memohon kepadamu, kembalikanlah serpihan hati itu. Jujur, aku sangat sangat tersiksa. Aku pun tak bisa berbuat apa-apa. Aku tak bisa memaksa diriku untuk merebut serpihan tersebut. Karena, sungguh, aku tidak ingin mengambilnya. Aku ingin kamu menyimpannya. Aku pun ingin sekali mengambil kembali hatimu yg dulu pernah berada dalam belenggu hatiku. Dan membiarkanmu menjaganya seperti dahulu. Ah, just in my dream. Batinku, menyadarkan diriku kepada realita.

Ah ! Seharusnya aku harus melupakan orang yang menyia-nyiakanmu, Alyssa ! Kembali batinku menyadarkanku kepada realita

Kini lagu yang sedang mengalun indah dari iPod terbaru ku, seakan-akan menamparku. Lagi dan lagi, mencoba menyadarkanku akan realita ini.

If love was a bird
Then we wouldn’t have wings
If love was a sky
We’d be blue
If love was a choir
You and I could never sing
Cause love isn’t for me and you
If love was an oscar
You and I could never win
Cause we can never act out our parts
If love is the bible
Then we are lost in sin
Because it’s not in our hearts
So why don’t you go your way
And I’ll go mine
Live your life, and I ’ll live mine
Baby you ’ll do well, and I’ll be fine
Cause we’re better off, separated
(usher-separated)

Tepat di kalimat "Cause love isn’t for me and you" aku tersentak. Ah begitu kentalnya makna dari satu baris lirik tersebut. Begitu nyata untuk tatanan hatiku saat ini. Sehingga, tak terasa, kembali mengalirlah butir butir kristal, membentuk anak sungai di pipi putihku. Menyesakkan.

"Are you okay?" Tanya seorang pemuda, dengan suara seraknya yang khas

"I'm okay" jawabku sekenanya. Ah, apakah dia tak bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri apakah aku sedang dalam baik-baik saja? Pikirku

"But I think, you're not. What happened?" Tanyanya lagi

"As usual, kak" ucapku

"Think that you still remember him ? Can't forget him ? Too often to see him with another girls . Right?"

"Yeah" Entah, rasa-rasanya aku mulai bosan dengan tingkahnya. Yang, yaaa menurutku mulai sedikit berlebihan. Selalu menanyakan hal yang sama

"Itu urusan hatimu, Shil. Gue juga gabisa ngatur ngatur hati lo, karna yang tau cuman lo. Maybe you're bored with my words, nyuruh-nyuruh lo buat ngelupain cowok itu. Gue kasih kebebasan ke lo. Semoga lo bisa nentuin yang terbaik buat lo" ucap Alvin -pemuda tersebut- . Yeah, he's my brother

"Ah, thankyou so much kak. Sorry for always bothering you" Ucapku "Hug me please" lanjutku, meminta dengan manja layaknya seorang adik kepada kakaknya

Alvin memelukku . Ah sungguh hangat pelukan seorang kakak . Sekali lagi terbayang wajah nya dan mengingat kejadian yang pernah kita lakukan seperti saat aku bersama kakakku ini . Aku sungguh rindu padanya . Rindu akan peluknya, rindu akan ceritanya, rindu akan sifat dinginnya, I miss everything 'bout him. Lalu aku melepas pelukanku dengan kakak

"Its time for you to move on, dear" tiba-tiba datang seorang gadis putih bermata sipit dan gadis berdagu tirus datang menghampirinya yang tengah terduduk di balkon kamarnya, tentunya dengan sang kakak.

"Yeah, show to him that you can life without him" ujar Sivia -gadis bermata sipit tersebut.

"I'll try , Vi , Fy" Jawabku

"I'm sure you can do your best. And now, you need someone to cheers you up, Shil" Ucap Ify -Gadis berdagu tirus- sembari menepuk pundakku pelan

"I have it, dears" Ucapku sembari tersenyum, tepatnya sedikit memaksa

"Who ?" Tanya mereka serempak. Tersirat nada kaget dalam pertanyaan yang mereka lontarkan

"Alyssa , Sivia and Alvin Jonathan" Ucapku tersenyum, kali ini ikhlas. Melupakan sedikit masalahku

Mereka tersenyum, lalu membawaku ke dalam pelukan mereka. Ah inilah masa-masa yang sebenarnya sangat aku rindukan, selain masa-masa bersamanya, tentunya. Sejak masalah hati tersebut mendera hatiku, mengobrak abrik seluruh pertahananku, membuatku menangis setiap malam, aku mulai menganggurkan orang-orang yang tetap sayang dan tetap setia menungguku, mencoba menyadarkanku akan kenyataan. Mencoba menyadarkan hatiku, bahwa ia tak lagi milikku.

0 komentar:

Posting Komentar